Next is Mobilitas...
Saya belum begitu paham sama materi ini, padahal saya yang seminar /heh. Nah, semoga makalah ini bermanfaat!
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pola
aktivitas-latihan adalah
sebuah rutinitas latihan, aktivitas, waktu luang, dan rekreasi yang dilakukan
seseorang. Pola tersebut terdiri atas aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL)
yang merupakan pengeluaran energy seperti hygiene memasak, berbelanja, makan,
bekerja dan merawat rumah dan tipe, kualitas dan kuantitas latihan termasuk
olah raga.
Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan
gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup
sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara
optimal maka system saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi
baik.
Pada makalah ini, membahas tentang pengertian pola aktivitas dan latihan,
perbedaan mobilitas dan imobilitas, sistem tubuh yang terlibat dalam pemenuhan
kebutuhan aktivitas, faktor yang mempengaruhi mobilitas dan aktivitas, efek
imobilitas pada sistem tubuh dan asuhan keperawatan pada klien gangguan
pemenuhan kebutuhan aktivitas.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud
dengan pola aktivitas dan latihan?
2. Apa perbedaan
mobilitas dan imobilitas?
3. System tubuh apa
saja yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas?
4. Factor-faktor apa
saja yang mempengaruhi mobilitas dan aktivitas?
5. Jelaskan efek
imobilitas pada system tubuh yang terjadi pada Ny. Z?
6. Faktor apa yang
mempengaruhi mobilitas Ny. Z?
7. Tindakan apa yang
harus dilakukan perawat untuk mencegah mengurangi efek imobilitas pada Ny. Z?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian Aktivitas dan latihan.
2. Mengetahui perbedaan
mobilitas dan imobilitas.
3. Mengetahui system
tubuh apa saja yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas.
4. Mengetahui factor-faktor
apa saja yang mempengaruhi mobilitas dan aktivitas.
5. Menjelaskan efek
imobilitas pada system tubuh yang terjadi pada Ny.Z.
6. Mengetahui factor yang mempengaruhi mobilitas Ny. Z
7. Menjelaskan
tindakan yang harus dilakukan perawat untuk mencegah mengurangi efek imobilitas
pada Ny. Z
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN POLA
AKTIVITAS-LATIHAN
Sebuah Pola aktivitas-latihan adalah
sebuah rutinitas latihan, aktivitas, waktu luang, dan rekreasi yang dilakukan
seseorang. Pola tersebut terdiri atas aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL)
yang merupakan pengeluaran energy seperti hygiene memasak, berbelanja, makan,
bekerja dan merawat rumah dan tipe, kualitas dan kuantitas latihan termasuk
olah raga (Gorden 2002).
Latihan menurut Institute of Health (NIH) adalah
sebuah tipe aktivitas fisik yang didefinisikan sebagai pergerakan tubuh secara
terencana, terstruktur dan berulang yang dilakukan untuk memperbaiki atau
mempertahankan satu atau lebih komponen kebugaran fisik.
Orang
berpartisipasi dalam program latihan untuk menurunkan factor resiko penyakit
kardiovaskular dan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka.
Ada
beberapa tipe latihan yaitu:
1. Latihan Isotonik (dinamik)
2. Latihan Isometrik (Statis atau ditempat)
3. Latihan Isokinetik (resistif)
4. Latihan Aerobik.
B. PERBEDAAN
MOBILITAS DAN IMOBILITAS
Mobilitas merupakan kemampuan untuk bergerak mudah,
berirama, dan terarah dilingkungan, adalah bagian yang sangat penting bagi
kemandirian individu yang tidak mampu bergerak secara total sama rentan
bergantungnya dengan seorang bayi. Masyarkat sering kali mendefinisikan
kesehatan dan kebugaran fisik mereka berdasarkan aktivitas mereka karena
kesejhateraan mental dan efektivitas fungsi tubuh sangat tergantung pada status
mobilitas mereka. Misalnya, saat seorang berdiri tegak paru lebih mudah untuk
mengmbangkan aktivitas khusus (peristaltic) menjadi lebih efektif dan ginjal
mampu mengosongkan kemih secara komplit.
Imobilitas
adalah keadaan dimana seseorang tidaktidak
dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan.
Jenis – jenis Imobilitas
:
1.
Imobilitas fisik ( Ketidakmampuan dalam melakukan gerakan fisik)
2.
Imobilitas intelektual ( Ketidakmampuan masalah keilmuan)
3.
Imobilitas emosional (Ketidakmampuan mengatur/mengontrol emosi)
4.
Imobilitas sosial (Ketidakmampuan dalam melakukan hubungan dengan orang
lain dan masyarakat)
C. Sistem Tubuh yang Terlibat Dalam
Pemenuhan Aktivitas
1.
Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki
berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat
melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya
kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi
tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung
organ-organ dalam.
Terdapat tiga jenis tulang, yaitu
tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang
vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur dan
tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di
tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis
terdiri dari epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat
pada kedua ujung tulang dan terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak
serta akan menyatu pada masa dewasa.
2.
Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi
yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo
dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang
bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat
berfungsi kembali.
3.
Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang
menghubungkan tulang dengan tulang. Ligament bersifat elastic sehingga membantu
fleksibilitas sendi dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur
penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.
4.
Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf
pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem
saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki
fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat
seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum,
sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang
diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand
atau gangguan sensorik pada daerah radial tangan.
5.
Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih
ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi dari rangka tubuh dan
memungkinkan gerakan antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat
beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung
tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup
kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu,
sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis
dan simpisis.
D.
Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas dan Aktivitas
Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi mobilitas, yaitu:
1. Faktor lingkungan
Lingkungan yang tidak aman dapat
menghambat mobilitas seseorang.
2. Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang mempengaruhi
kekuatan otot dan daya tahan tubuh seseorang dapat menghambat mobilitas
seseorang.
3. Faktor finansial
Apabila seseorang tidak memiliki
keuangan yang memadai untuk mendapatkan perlengkapan atau bantuan lain yang
dibutuhkan untuk meningkatkan mobilitas dapat menghambat mobilitas orang
tersebut.
Sedangkan yang mempengaruhi aktivitas
adalah:
1. Gaya Hidup.
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas seseorang karena
gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
2. Proses
Penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas karena
dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita
fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian
bawah.
3. Kebudayaan.
Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan.contoh, orang
yang memiliki budaya sering berjalan jauh, memiliki kemampuan aktivitas yang
kuat dibandingkan dengan orang yang karena adat budaya tertentu dibatasi aktivitasnya.
4. Tingkat Energi.
Energi adalah sumber untuk melakukan aktivitas. Agar seseorang dapat melakukan
aktivitas yang baik dibutuhkan energi yang cukup.
5. Usia dan Status
Perkembangan. Terdapat perbedaan kemampuan aktivitas pada tingkat usia yang
berbeda.
E.
Tinjauan Kasus
Ny.Z dirawat di rumah sakit dengan
stroke, saat ini klien mengalami kelumpuhan bagian ekstremitas bawah. Klien
sudah 2 minggu tak sadarkan diri.
1. Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas pada Kasus Ny. Z
Pada kasus diatas faktor yang
memengaruhi mobilitas Ny.Z adalah masalah kesehatan. Ny. Z mengalami imobilitas
akibat ketidakmampuan/penyakit. Dimana, kelemahan otot atau fisik dan mental
yang menghalang seseorang untuk melaksanakan aktifitas kehidupan.
2. Efek imobilitas
pada system tubuh yang terjadi pada Ny. Z
Dari kasus diatas, efek imobilitas
pada sistem tubuh yang terjadi pada Ny.Z adalah:
a. Sistem
Musculoskeletal
Ny. Z dapat mengalami disuse
osteoporosis, disuse atrofi, kontraktur, serta kekakuan dan nyeri pada sendi.
Disuse osteoporosis dapat terjadi akibat tidak adanya mobilitas pada diri Ny.Z
sehingga menyebabkan tulang menjadi berongga dan secara bertahap mengalami
kerusakan bentuk dan mudah mengalami fraktur. Disuse atrofi dapat terjadi
karena otot tidak terpakai sehingga menyebabkan kehilangan sebagian besar
kekuatan dan fungsi normalnya. Kontraktur dapat terjadi karena serat otot tidak
mampu memendek dan memanjang sehingga akan terbentuk pemendekan otot secara
permanen akibat tidak adanya mobilitas yang dilakukan Ny. Z. Kekakuan dan nyeri
pada sendi karena Ny. Z tidak melakukan pergerakan, maka jaringan ikat di sendi
menjadi ankilosis (tidak dapat bergerak secara permanen).
b. Sistem
Kardiovaskuler
Ny. Z dapat mengalami pengurangan
cadangan jantung, peningkatan penggunaan manuver valsava, hipotensi ortostatik,
vasodilatasi vena dan statis vena, edema tergantung, dan pembentukan thrombus.
Pengurangan cadangan jantung dapat terjadi akibat penurunan mobilitas pada Ny.
Z menciptakan ketidakseimbangan dalam sistem saraf otonom, yang menyebabkan
peningkatan aktivitas simpatik melebihi aktivitas kolinergik yang meningkatkan
frekuensi jantung. Frekuensi jantung yang cepat dapat mengurangi tekanan
diastolik, aliran darah koroner, dan kemampuan jantung untuk berespons terhadap
setiap kebutuhan metabolik di atas tingkat basal. Karena penurunan cadangan
jantung ini, orang yang tidak bergerak dapat mengalami takikardi meskipun
dengan pengeluaran energi minimal. Peningkatan penggunaan maneuver valsava
dapat terjadi akibat klien cenderung menahan napas mereka saat berupaya bangun
di tempat tidur atau duduk di pispot. Aktivitas ini membentuk tekanan yang
cukup bermakna pada vena besar di toraks sehingga mengganggu pengembalian
aliran darah ke jantung dan arteri koroner. Saat klien mengeluarkan napas dan
glottis terbuka kembali, tekanan dilepaskan secara tiba-tiba, dan sentakan
aliran darah mengalir ke jantung. Hipotensi ortostatik adalah akibat umum dari
imobilisasi. Selama imobilitas yang lama, refleks tubuh dapat menjadi dorman.
Saat orang lumpuh berupaya untuk duduk atau berdiri, rekonstriksi tubuh dapat
gagal berfungsi. Vasodilatasi vena dan statis vena dapat terjadi karena pada
orang yang tidak dapat bergerak, otot rangka tidak berkontraksi dengan cukup
dan otot mengalami atrofi. Otot rangka tidak dapat lagi membantu memompa darah
kembali ke jantung melawan gravitasi. Genangan darah di vena tungkai,
menyebabkan vasodilatasi dan pembengkakan. Katup di vena tersebut tidak dapat
lagi bekerja secara efektif untuk mencegah aliran darah balik dan penggenangan
darah. Fenomena ini dikenal sebagai katup inkompeten. Edema tergantung dapat
terjadi apabila tekanan vena cukup besar, beberapa bagian serosa darah dipaksa
keluar dari pembuluh darah ke dalam ruang interstisial di sekitar pembuluh
darah, yang menyebabkan edema. Pembentukan thrombus dapat terjadi pada klien
karena adanya gangguan aliran balik vena ke jantung, hiperkoagulabilitas darah,
dan cedera pada dinding pembuluh darah.
c. Sistem Pernapasan
Ny. Z dapat mengalami penurunan
pergerakan pernapasan, penumpukan sekresi pernapasan, atelektasis, dan
pneumonia hipostatik. Penurunan pergerakan pernapasan dapat terjadi karena
klien yang tidak dapat bergerak dan berbaring telentang, ventilasi parunya
berubah secara pasif.
d. Sistem Metabolik
Ny. Z dapat mengalami penurunan laju
metabolic, keseimbangan nitrogen negatif, anoreksia, dan keseimbangan kalsium
negatif. Penurunan laju metabolic dapat terjadi karena klien yang mengalami imobilitas,
laju metabolic basal dan motilitas gastrointestinal serta sekresi berbagai
kelenjar pencernaan menurun seiring dengan penurunan kenutuhan energy tubuh.
e. Sistem Perkemihan
Ny. Z dapat mengalami statis urin,
batu ginjal, retensi urin, dan infeksi urin.
f.
Sistem Pencernaan
Ny. Z dapat mengalami konstipasi
karena pada orang yang mengalami imobilitas dapat terjadi penurunan peristaltik
dan motilitas kolon.
g. Sistem Integumen
Ny. Z dapat mengalami penurunan turgor
kulit dan kerusakan kulit.
h. Sistem Psikoneurologi
Individu yang tidak mampu melaksanakan
aktivitas biasa terkait dengan peran mereka menyadari peningkatan
kebergantungan pada orang lain. Faktor ini menurunkan harga diri individu.
Frustasi dan penurunan harga diri pada akhirnya dapat mencetuskan reaksi
emosional yang dahsyat.
3. Tindakan yang
harus dilakukan perawat untuk mencegah mengurangi efek imobilitas pada Ny. Z
a. Mengajak klien
latihan fisik pada kesejajaran tubuh, gaya berjalan, penampakan dan pergerakan
sendi, kemampuan dan keterbatasan pergerakan.
b. Perawat
mengumpulkan informasi dari klien, dari perawat lain, dan dari catatan klien.
c. Melakukan
pemeriksaan fisik yang berfokus pada aktifitas dan latihan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebuah Pola aktivitas-latihan
adalah sebuah rutinitas latihan,
aktivitas, waktu luang, dan rekreasi yang dilakukan seseorang. Latihan menurut Institute of Health
(NIH) adalah sebuah tipe aktivitas fisik yang didefinisikan sebagai pergerakan
tubuh secara terencana, terstruktur dan berulang yang dilakukan untuk
memperbaiki atau mempertahankan satu atau lebih komponen kebugaran fisik.
Orang
berpartisipasi dalam program latihan untuk menurunkan factor resiko penyakit
kardiovaskular dan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Ada
beberapa tipe latihan yaitu: latihan isotonik (dinamik), latihan isometrik (statis
atau ditempat), latihan isokinetik (resistif), dan latihan aerobik.
Mobilitas
merupakan kemampuan untuk bergerak mudah, berirama, dan terarah dilingkungan,
adalah bagian yang sangat penting bagi kemandirian individu yang tidak mampu
bergerak secara total sama rentan bergantungnya dengan seorang bayi. Imobilitas adalah keadaan dimana seseorang tidaktidak
dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan.
Jenis – jenis Imobilitas
: Imobilitas fisik ( ketidakmampuan
dalam melakukan gerakan fisik), imobilitas intelektual ( ketidakmampuan masalah keilmuan), imobilitas emosional (ketidakmampuan mengatur/mengontrol emosi), imobilitas sosial (Ketidakmampuan dalam melakukan hubungan dengan orang
lain dan masyarakat).
DAFTAR PUSTAKA
Kozier.
(2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC

0 komentar:
Posting Komentar
Thank you for visiting my blog. See ya!