Catching Fire Mobilitas | Bernessa's Imagination

Sabtu, 25 April 2015

Mobilitas

Next is Mobilitas...
Saya belum begitu paham sama materi ini, padahal saya yang seminar /heh. Nah, semoga makalah ini bermanfaat!

 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pola aktivitas-latihan adalah sebuah rutinitas latihan, aktivitas, waktu luang, dan rekreasi yang dilakukan seseorang. Pola tersebut terdiri atas aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) yang merupakan pengeluaran energy seperti hygiene memasak, berbelanja, makan, bekerja dan merawat rumah dan tipe, kualitas dan kuantitas latihan termasuk olah raga.
 Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik.
Pada makalah ini, membahas tentang pengertian pola aktivitas dan latihan, perbedaan mobilitas dan imobilitas, sistem tubuh yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas, faktor yang mempengaruhi mobilitas dan aktivitas, efek imobilitas pada sistem tubuh dan asuhan keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
B.    Rumusan Masalah
1.       Apa yang dimaksud dengan pola aktivitas dan latihan?
2.       Apa perbedaan mobilitas dan imobilitas?
3.       System tubuh apa saja yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas?
4.       Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi mobilitas dan aktivitas?
5.       Jelaskan efek imobilitas pada system tubuh yang terjadi pada Ny. Z?
6.       Faktor apa yang mempengaruhi mobilitas Ny. Z?
7.       Tindakan apa yang harus dilakukan perawat untuk mencegah mengurangi efek imobilitas pada Ny. Z?

C.     Tujuan
1.       Mengetahui pengertian Aktivitas dan latihan.
2.       Mengetahui perbedaan mobilitas dan imobilitas.
3.       Mengetahui system tubuh apa saja yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas.
4.       Mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhi mobilitas dan aktivitas.
5.       Menjelaskan efek imobilitas pada system tubuh yang terjadi pada Ny.Z.
6.       Mengetahui  factor yang mempengaruhi mobilitas Ny. Z
7.       Menjelaskan tindakan yang harus dilakukan perawat untuk mencegah mengurangi efek imobilitas pada Ny. Z

BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN POLA AKTIVITAS-LATIHAN
Sebuah Pola aktivitas-latihan adalah sebuah rutinitas latihan, aktivitas, waktu luang, dan rekreasi yang dilakukan seseorang. Pola tersebut terdiri atas aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) yang merupakan pengeluaran energy seperti hygiene memasak, berbelanja, makan, bekerja dan merawat rumah dan tipe, kualitas dan kuantitas latihan termasuk olah raga (Gorden 2002).
Latihan menurut Institute of Health (NIH) adalah sebuah tipe aktivitas fisik yang didefinisikan sebagai pergerakan tubuh secara terencana, terstruktur dan berulang yang dilakukan untuk memperbaiki atau mempertahankan satu atau lebih komponen kebugaran fisik.
Orang berpartisipasi dalam program latihan untuk menurunkan factor resiko penyakit kardiovaskular dan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka.
Ada beberapa tipe latihan yaitu:
1.       Latihan Isotonik (dinamik)
2.       Latihan Isometrik (Statis atau ditempat)
3.       Latihan Isokinetik (resistif)
4.       Latihan Aerobik.


           B. PERBEDAAN MOBILITAS DAN IMOBILITAS
Mobilitas merupakan kemampuan untuk bergerak mudah, berirama, dan terarah dilingkungan, adalah bagian yang sangat penting bagi kemandirian individu yang tidak mampu bergerak secara total sama rentan bergantungnya dengan seorang bayi. Masyarkat sering kali mendefinisikan kesehatan dan kebugaran fisik mereka berdasarkan aktivitas mereka karena kesejhateraan mental dan efektivitas fungsi tubuh sangat tergantung pada status mobilitas mereka. Misalnya, saat seorang berdiri tegak paru lebih mudah untuk mengmbangkan aktivitas khusus (peristaltic) menjadi lebih efektif dan ginjal mampu mengosongkan kemih secara komplit.
Imobilitas  adalah keadaan dimana seseorang tidaktidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan. 
Jenis – jenis Imobilitas :
1.       Imobilitas fisik ( Ketidakmampuan dalam melakukan gerakan fisik)
2.       Imobilitas intelektual ( Ketidakmampuan masalah keilmuan)
3.       Imobilitas emosional (Ketidakmampuan mengatur/mengontrol emosi)
4.       Imobilitas sosial (Ketidakmampuan dalam melakukan hubungan dengan orang lain dan masyarakat)

C.      Sistem Tubuh yang Terlibat Dalam Pemenuhan Aktivitas
1.       Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.
Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa.

2.       Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.

3.       Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligament bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.

4.       Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah radial tangan.

5.       Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.

D.      Faktor  yang Mempengaruhi Mobilitas dan Aktivitas
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mobilitas, yaitu:
1.       Faktor lingkungan
Lingkungan yang tidak aman dapat menghambat mobilitas seseorang.
2.       Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang mempengaruhi kekuatan otot dan daya tahan tubuh seseorang dapat menghambat mobilitas seseorang.
3.       Faktor finansial
Apabila seseorang tidak memiliki keuangan yang memadai untuk mendapatkan perlengkapan atau bantuan lain yang dibutuhkan untuk meningkatkan mobilitas dapat menghambat mobilitas orang tersebut.
Sedangkan yang mempengaruhi aktivitas adalah:
1.       Gaya Hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
2.       Proses Penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
3.       Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan.contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh, memiliki kemampuan aktivitas yang kuat dibandingkan dengan orang yang karena adat budaya tertentu dibatasi aktivitasnya.
4.       Tingkat Energi. Energi adalah sumber untuk melakukan aktivitas. Agar seseorang dapat melakukan aktivitas yang baik dibutuhkan energi yang cukup.
5.       Usia dan Status Perkembangan. Terdapat perbedaan kemampuan aktivitas pada tingkat usia yang berbeda.


E.       Tinjauan Kasus
Ny.Z dirawat di rumah sakit dengan stroke, saat ini klien mengalami kelumpuhan bagian ekstremitas bawah. Klien sudah 2 minggu tak sadarkan diri.

1.       Faktor  yang Mempengaruhi Mobilitas pada Kasus Ny. Z
Pada kasus diatas faktor yang memengaruhi mobilitas Ny.Z adalah masalah kesehatan. Ny. Z mengalami imobilitas akibat ketidakmampuan/penyakit. Dimana, kelemahan otot atau fisik dan mental yang menghalang seseorang untuk melaksanakan aktifitas kehidupan.

2.       Efek imobilitas pada system tubuh yang terjadi pada Ny. Z
Dari kasus diatas, efek imobilitas pada sistem tubuh yang terjadi pada Ny.Z adalah:
a.       Sistem Musculoskeletal
Ny. Z dapat mengalami disuse osteoporosis, disuse atrofi, kontraktur, serta kekakuan dan nyeri pada sendi. Disuse osteoporosis dapat terjadi akibat tidak adanya mobilitas pada diri Ny.Z sehingga menyebabkan tulang menjadi berongga dan secara bertahap mengalami kerusakan bentuk dan mudah mengalami fraktur. Disuse atrofi dapat terjadi karena otot tidak terpakai sehingga menyebabkan kehilangan sebagian besar kekuatan dan fungsi normalnya. Kontraktur dapat terjadi karena serat otot tidak mampu memendek dan memanjang sehingga akan terbentuk pemendekan otot secara permanen akibat tidak adanya mobilitas yang dilakukan Ny. Z. Kekakuan dan nyeri pada sendi karena Ny. Z tidak melakukan pergerakan, maka jaringan ikat di sendi menjadi ankilosis (tidak dapat bergerak secara permanen). 

b.      Sistem Kardiovaskuler
Ny. Z dapat mengalami pengurangan cadangan jantung, peningkatan penggunaan manuver valsava, hipotensi ortostatik, vasodilatasi vena dan statis vena, edema tergantung, dan pembentukan thrombus. Pengurangan cadangan jantung dapat terjadi akibat penurunan mobilitas pada Ny. Z menciptakan ketidakseimbangan dalam sistem saraf otonom, yang menyebabkan peningkatan aktivitas simpatik melebihi aktivitas kolinergik yang meningkatkan frekuensi jantung. Frekuensi jantung yang cepat dapat mengurangi tekanan diastolik, aliran darah koroner, dan kemampuan jantung untuk berespons terhadap setiap kebutuhan metabolik di atas tingkat basal. Karena penurunan cadangan jantung ini, orang yang tidak bergerak dapat mengalami takikardi meskipun dengan pengeluaran energi minimal. Peningkatan penggunaan maneuver valsava dapat terjadi akibat klien cenderung menahan napas mereka saat berupaya bangun di tempat tidur atau duduk di pispot. Aktivitas ini membentuk tekanan yang cukup bermakna pada vena besar di toraks sehingga mengganggu pengembalian aliran darah ke jantung dan arteri koroner. Saat klien mengeluarkan napas dan glottis terbuka kembali, tekanan dilepaskan secara tiba-tiba, dan sentakan aliran darah mengalir ke jantung. Hipotensi ortostatik adalah akibat umum dari imobilisasi. Selama imobilitas yang lama, refleks tubuh dapat menjadi dorman. Saat orang lumpuh berupaya untuk duduk atau berdiri, rekonstriksi tubuh dapat gagal berfungsi. Vasodilatasi vena dan statis vena dapat terjadi karena pada orang yang tidak dapat bergerak, otot rangka tidak berkontraksi dengan cukup dan otot mengalami atrofi. Otot rangka tidak dapat lagi membantu memompa darah kembali ke jantung melawan gravitasi. Genangan darah di vena tungkai, menyebabkan vasodilatasi dan pembengkakan. Katup di vena tersebut tidak dapat lagi bekerja secara efektif untuk mencegah aliran darah balik dan penggenangan darah. Fenomena ini dikenal sebagai katup inkompeten. Edema tergantung dapat terjadi apabila tekanan vena cukup besar, beberapa bagian serosa darah dipaksa keluar dari pembuluh darah ke dalam ruang interstisial di sekitar pembuluh darah, yang menyebabkan edema. Pembentukan thrombus dapat terjadi pada klien karena adanya gangguan aliran balik vena ke jantung, hiperkoagulabilitas darah, dan cedera pada dinding pembuluh darah.
c.       Sistem Pernapasan
Ny. Z dapat mengalami penurunan pergerakan pernapasan, penumpukan sekresi pernapasan, atelektasis, dan pneumonia hipostatik. Penurunan pergerakan pernapasan dapat terjadi karena klien yang tidak dapat bergerak dan berbaring telentang, ventilasi parunya berubah secara pasif.
d.      Sistem Metabolik
Ny. Z dapat mengalami penurunan laju metabolic, keseimbangan nitrogen negatif, anoreksia, dan keseimbangan kalsium negatif. Penurunan laju metabolic dapat terjadi karena klien yang mengalami imobilitas, laju metabolic basal dan motilitas gastrointestinal serta sekresi berbagai kelenjar pencernaan menurun seiring dengan penurunan kenutuhan energy tubuh.
e.      Sistem Perkemihan
Ny. Z dapat mengalami statis urin, batu ginjal, retensi urin, dan infeksi urin.
f.        Sistem Pencernaan
Ny. Z dapat mengalami konstipasi karena pada orang yang mengalami imobilitas dapat terjadi penurunan peristaltik dan motilitas kolon.  
g.       Sistem Integumen
Ny. Z dapat mengalami penurunan turgor kulit dan kerusakan kulit.
h.      Sistem Psikoneurologi
Individu yang tidak mampu melaksanakan aktivitas biasa terkait dengan peran mereka menyadari peningkatan kebergantungan pada orang lain. Faktor ini menurunkan harga diri individu. Frustasi dan penurunan harga diri pada akhirnya dapat mencetuskan reaksi emosional yang dahsyat.

3.       Tindakan yang harus dilakukan perawat untuk mencegah mengurangi efek imobilitas pada Ny. Z
a.       Mengajak klien latihan fisik pada kesejajaran tubuh, gaya berjalan, penampakan dan pergerakan sendi, kemampuan dan keterbatasan pergerakan.
b.      Perawat mengumpulkan informasi dari klien, dari perawat lain, dan dari catatan klien.
c.       Melakukan pemeriksaan fisik yang berfokus pada aktifitas dan latihan.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
        Sebuah Pola aktivitas-latihan adalah sebuah rutinitas latihan, aktivitas, waktu luang, dan rekreasi yang dilakukan seseorang. Latihan menurut Institute of Health (NIH) adalah sebuah tipe aktivitas fisik yang didefinisikan sebagai pergerakan tubuh secara terencana, terstruktur dan berulang yang dilakukan untuk memperbaiki atau mempertahankan satu atau lebih komponen kebugaran fisik.
        Orang berpartisipasi dalam program latihan untuk menurunkan factor resiko penyakit kardiovaskular dan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Ada beberapa tipe latihan yaitu: latihan isotonik (dinamik), latihan isometrik (statis atau ditempat), latihan isokinetik (resistif), dan latihan aerobik.
Mobilitas merupakan kemampuan untuk bergerak mudah, berirama, dan terarah dilingkungan, adalah bagian yang sangat penting bagi kemandirian individu yang tidak mampu bergerak secara total sama rentan bergantungnya dengan seorang bayi. Imobilitas  adalah keadaan dimana seseorang tidaktidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan. 
Jenis – jenis Imobilitas : Imobilitas fisik ( ketidakmampuan dalam melakukan gerakan fisik), imobilitas intelektual ( ketidakmampuan masalah keilmuan), imobilitas emosional (ketidakmampuan mengatur/mengontrol emosi), imobilitas sosial (Ketidakmampuan dalam melakukan hubungan dengan orang lain dan masyarakat).

DAFTAR PUSTAKA

Kozier. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC





0 komentar:

Posting Komentar

Thank you for visiting my blog. See ya!

 
Free Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Website TemplatesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS TemplatesFree Wordpress ThemesFree CSS Templates dreamweaver