BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah satu penentu
dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang
penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri
merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk
membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui
sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai
organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya
menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung
tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Perasaan individu
bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan
banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki.
Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki
mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit
untuk diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting untuk seorang
perawat memahami konsep diri. Memahami diri sendiri terlebih dahulu baru bisa
memahami klien.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konsep diri?
2. Apa saja dimensi konsep diri?
3. Bagaimana proses pembentukan
konsep diri?
4. Apa saja komponen konsep diri?
5. Apa saja factor yang mempengaruhi
konsep diri?
6. Adakah contoh identifikasi kasus
konsep diri yang terganggu?
C. Tujuan
1.
Untuk
menjelaskan pengertian konsep diri.
2.
Untuk
menjelaskan dimensi konsep diri.
3.
Untuk
menjelaskan proses pembentukan konsep diri.
4.
Untuk
menjelaskan komponen konsep diri.
5.
Untuk menjelaskan
factor yang mempengaruhi konsep diri.
6.
Memberikan
contoh identifikasi konsep diri yang terganggu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Konsep Diri
Konsep diri mencakup semua persepsi diri,
yaitu penampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi
perilaku dan ditunjukkan ketika menggunakan kata-kata saya atau aku. Konsep
diri adalah gagasan komppleks yang mempengaruhi:
1.
Cara
individu berpikir, berbicara, dan bertindak.
2.
Cara
individu memandang dan memperlakukan orang lain.
3.
Pilihan
yang dibuat seseorang.
4.
Kemampuan
untuk memberi dan menerima cinta
5.
Kemampuan
untuk bertindak dan mengubah sesuatu.
Konsep diri
merupakan citra mental individu. Konsep yang positif penting untuk kesehatan
mental dan fisik individu. Individu ang memiliki konsep diri positif lebih
mampu mengembangkan dan mempertahankan hubungan interpersonal dan lebih tahan
terhadap penyakit psikologis dan fisik. Individu yang memiliki konsep diri yang
kuat seharusnya lebih mampu menerima atau beradaptasi dengan perubahan yang
mungkin terjadi sepanjang hidupnya.
Selain
mengidentifikasi individu yang memiliki konsep diri negative, perawat juga
bertanggung jawab mengidentifikasi kemungkinan penyebab konsep diri negative
guna membantu individu tersebut untuk mengembangkan pandangan positif terhadap
dirinya. Individu yang memiliki konsep diri yang buruk dapat mengungkapkan
perasaan tidak berharga, tidak menyukai diri sendiri, atau bahkan membenci diri
sendiri, yang dapat diproyeksikan kepada orang lain. Individu yang memiliki
konsep diri yang buruk dapat merasa sedih ataubputus asa dan dapat menyatakan
tidak memiliki energy bahkan untuk melakukan tugas yang paling sederhana
sekalipun.
Dibawah ini
merupakan definisi-definisi dari berbagai ahli, yaitu:
1.
Seifert dan Hoffnung
(1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu pemahaman mengenai
diri atau ide tentang konsep diri.“.
2.
Santrock (1996)
menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari
konsep diri.
3.
Atwater
(1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang
meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai
yang berhubungan dengan dirinya.
4.
Burns (1982), konsep diri adalah
hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily
(dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan
kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk
sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu
tersebut.
5.
Cawagas
(1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan
dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya,
kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
6.
Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri
adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh
dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu
dalam berhubungan dengan orang lain.
B. Dimensi
Konsep Diri.
Konsep diri individu terbagi kedalam 4
dimensi, yaitu :
1.
Actual self-concept : adalah bagaimana mereka sesungguhnya
melihat dirinya sendiri saat ini
2.
Ideal self-concept : adalah bagaimana mereka ingin melihat diri
mereka sendiri
3.
Private self-concept : adalah bagaimana sesungguhnya orang lain
melihat diri mereka.
4.
Social self-concept : adalah bagaimana mereka ingin orang lain
melihat diri mereka.
Individu yang
menganggap “cara saya memandang diri saya” lebih penting daripada “cara orang
lain memandang saya” disebut me-centered
(berpusat pada diri sendiri). Mereka berusaha keras untuk mewujudkan harapan
mereka dan bersaing hanya dengan dirinya sendiri, bukan dengan orang lain.
Sebaliknya, orang yang sangat other-centered
(berpusat pada orang lain) sangat membutuhkan persetujuan dari orang lain dan
berusaha keras untuk mewujudkan harapan orang lain, membandingkan, bersang, dan
mengevaluasi diri mereka terhadap orang lain. Mereka cenderung tidak berurusan
dengan kekurangan personal mereka, tidak mampu bersikap asertif terhadap diri
sendiri, dan takut akan penolakan. Oleh karena itu konsep diri yang positif
dimiliki oleh individu me-centered
dan terbentuk tanpa banyak dipengaruhi oleh pendapat orang lain.
C. Pembentukan
Konsep Diri
Individu tidak
dilahirkan dengan konsep diri, tetapi, konsep diri berkembang dari interaksi
social dengan orang lain.
Menurut Erikson
(1963), sepanjang hidup individu menghadapi tugas perkembangan yang terkait
dengan tahap psikososial yang memberikan kerangka kerja toreris. Keberhasilan
individu menyelesaikan tugas perkembangan konsep diri. Ketidakmampuan
menyelesaikan tugas perkembangan menimbulkan masalah konsep diri pada saat
tersebut, dan sering kali, pada masa mendatang.
Terdapat tiga
langkah besar dalam perkembangan konsep diri individu:
1.
Bayi
belajar bahwa fisik diri terpisah dan berbeda dari lingkungan
2.
Anak
menginternalisasi sikap orang lain kedalam dirinya.
3.
Anak
dan orang dewasa menginternalisasi standar masyarakat.
Istilah global diri mengacu pada keyakinan dan
citra kolektif yang dipegang individu mengenai dirinya sendiri. Global diri
merupakan gambaran yang paling lengkap yang dapat diberikan individu kepada
dirinya sendiri pada satu waktu. Global diri juga merupakan kerangka referensi
individu untuk mengalamu dan memandang dunia. Beberapa keyakinan dan citra ini
mewakili pernyataan fakta, seperti “Saya seorang wanita”, “saya seorang ibu”,
“saya pendek” sementara yang lain mengacu pada aspek diri yang kurang nyata,
misalnya “saya kompeten”, “saya pemalu”.
Setiap citra dan
keyakinan yang berbeda dipegang individu mengenai dirinya sendiri sangat
terkait dengan konsep diri. Akan tetapi konsep diri tidak gabungan dari
bagian-bagianya, karena berbagai citra dan keyakinan yang dipegang individu
mengenai diri mereka sendiri tidak sama berat dan tidak sama menonjol. Konsep
diri masing-masing individu serupa dengan satu bagian seni. Keyakinan dan citra
yang paling vital bagi identitasz individu terletak di pusat seni tersebut.
Pusat tersebut merupakan konsep diri inti.
Orang-orang
berfikir untuk mendasarkan konsep dirinya pada bagaimana mereka merasakan dan
mengevaluasi diri mereka sendiri pada area berikut :
1.
Penampilan
vokasional
2.
Fungsi
intelektual
3.
Penampilan
personal dan ketertarikan fisik
4.
Ketertarikan
dan penampilan seksual
5.
Disukai
orang lain
6.
Kemampuan
menghadapi dan menyelesaikan masalah.
7.
Kemandirian
8.
Bakat
tertentu.
Menjaga dan
mengevaluasi konsep diri individu merupakan proses yang berkelanjutan, kejadian
atau situasi dapat merubah tingkat konsep diri sepanjang waktu. Pada saat
individu mencapai kedewasaan, konsep diri dasar mereka relative berkembang
baik. Memiliki konsep diri dasar mencakup bagaimana kita melihat diri kita
sendiri dan bagaimana kita dipandang orang lain. Selain itu, terdapt ideal diri,
yaitu bagaimana kita seharusnya atau bagaimana yang kita inginkan. Ideal diri
adalah persepsi individu mengenai bagaimana seseorang sebaiknya berprilaku
berdasarkan standar personal tertentu, aspirasi, tujuan, dan nilai. Terkadang
ideal diri ini realistis, terkadang tidak realistis. Ketika anggapan diri
mendekati ideal diri, individu tidak berharap untuk menjadi jauh berbeda dari
diri mereka saat ini.
Kesenjangan antara
ideal diri dan anggapan diri dapat menjadi insentif untuk oerbaikan diri.
Namun, apabila kesenjangannya besar, mengakibatkan harga diri rendah. Perawat
seperti orang dewasa lainnya memandang diri mereka sendiri berdasarkan pada
input internal dan eksternal yang diperoleh selama bertahun-tahun kemampuan
untuk menilai kekuatan yang dimiliki seseorang keinginan untuk mengikuti jejak
model peran, dan umpan yang diterima dari rekan kerja dan klien adalah beberapa
pengaruh tersebut terhadap konsep diri perawat.
D. Komponen
Konsep Diri
Terdapat empat komponen konsep diri :
1.
Identitas
personal
Merupakan sensasi individualitas dan keunikan yang disadari dan secara
kontinyu muncul sepanjang hidup. Indivdu sering kali memandang identitas mereka
dari nama, jenis kelamin, usia, ras, asal etnis atau budaya, pekerjaan atau
peran, bakat dan karakteristik situasional lainnya.
Identitas personal juga mencakup keyakinan dan nilai, kepribadian, dan
karakter. Sebagai contoh, apakan seseorang percaya diri, bersahabat, berhati-hati,
murah hati, egois? Oleh karena itu, identitas personal terdiri dari identitas
yang nyata dan factual seperti nilai dan keyakinan. Identitas adalah sesuatu
yang membedakan diri sendiri dari orang lain.
2.
Citra
Tubuh
Cara individu mempersepsikan ukuran, penampilan, dan fungsi tubuh dan
bagian-bagiannya. Citra tubuh memiliki aspek kognitif dan afektif. Kognitif
adalah pengetahuan materi tubuh dan kelekatannya, efektif mencakup sensasi
tubuh, seperti nyeri, kesenangan, keletihan,dan gerakan fisik. Citra tubuh
adalah gabungan dari kesadaran, dan ketidaksadaran yang dimiliki seseorang
terhadap tubuhnya.
3.
Peran
Sekumpulan harapan mengenai bagaimana individu yang menempati satu
posisi tertentu berprilaku. Performa
peran menghubungkan apa yang dilakukan individu dan peran tertentu dengan
perilaku yang diharapkanoleh peran tersebut. Penguasaan peran berarti bahwa
perilaku individu memenuhi harapan social. Harapan atau standar perilaku peran,
didekatkan oleh masyarakat, kelompok budaya, atau kelompok yang lebih kecil
yang salah satu anggotanya adalah individu tersebut.
4.
Harga
Diri
Penilaian individu akan harga dirinya yaitu bagaimana standar dan
penampilan dirinya dibandingkan dengan standar dan penampilan orang lain dan
dengan dirinya sendiri. Apabila harga diri seseorang tidak sesuai dengan ideal
dirinya, terjadi penurunan konsep diri.
Harga diri berasal dari diri sendiri dan orang lain. Pada saat bayi
harga diri dikaitkan dengan evaluasi dan penerimaan penghasuh. Selanjutnya, harga
diri anak dipengaruhi oleh kompetisi dengan orang lain.
E. Faktor
Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Konsep diri
individu dipengaruhi oleh banyak factor. Factor utama adalah perkembangan,
keluarga dan budaya, stressor, sumber, riwayat, keberhasilan dan kegagalan,
serta penyakit.
1.
Perkembangan
Saat individu berkembang, factor yang mepengaruhi konsep berubah.
Sebagai contoh , bayi membutuhkan lingkungan yang suportif dan penuh kasih
sayang, sementara anak-anak ,membutuhkan kebebasan untuk mengalih dan belajar.
2.
Keluarga
dan Budaya.
Nilai yang dianut kecil sangat dipengaruhi oleh keluarga dan budaya.
Selanjutnya, teman sebaya mempengaruhi anak dan dengan demikian mempengarhi
rasa dirinya. Ketika anak berkonfrontasi dengan membedakan harapan dari
keluarga, budaya, dan teman sebaya dan rasa diri anak sering kali
membingungkan. Sebagai contoh, anak mungkin
menyadari bahwa orang tuanya mengharapkan ia tidak minum alcohol. Pada
saat bersamaan teman sebayanya memimun bir dan mendorongnya untuk menghabiskan
malam Sabtunya dengan mereka.
3.
Sressor
Stresos dapat menguatkan konsep diri saat individu berhasil mengahadapi
masalah. di pihak lain, stresora yang berlebihan dapat menyebabkan respons
maladaptif termasuk penyalahgunaan zat, menarik diri, dan ansietas. Kemampuan
individu untuk menangani stresor sangat bergantung pada sumber daya personal.
4.
Sumber
daya
Individu memliki sumber daya internal dan eksternal. Contoh sumber daya
internal adalah rasa percaya diri dan nilai diri, sedangkan sumber daya
eksternal meliputi jaringan dukungan, pendanaan yang memadai, dan organisasi.
Secara umum, semakin besar jumlah sember daya yang dimiliki dan digunakan
indiviu, pengaruhnya pada konsep diri semakin posirif.
5.
Riwayat
keberhasilan dan kegagalan
Individu yang pernah mengalami kegagalan mengagap diri mereka sebagai
orang yang gagal, sementara individu yang memiliki riwayat keberhasilaan memiliki konsep diri yang lebih
positif, yang kemungkinan dapat mencapai lebih banyak keberhasilan.
6.
Penyakit
Penyakit dan trauma juga dapat mempengaruhi konsep diri. Seorang wanita
yang telah menjalani mastektomi mungkin memandang diri mereka tidak menarik
lagi. Selain itu, kehilangan akibat mastektomi dapat mempengaruhi cara ia
bertindak dan menilai dirinya sendiri.
F. Identifikasi
Kasus
Konsep diri merupakan citra mental individu.
Konsep diri yang positif penting untuk kesehatan mental dan fisik individu.
Yang memiliki konsep diri positif lebih mampu mengembangkan dan mempertahankan
hubungan interpersonal dan lebih tahan terhadap penyakit psikologis dan fisik.
Cara pandang individu terhadap dirinya mempengaruhi interaksi dengan orang
lain. Berikut beberapa contoh kasus yang telah kami identifikasi:
1. Kasus
A
Nn. Zulayka 25th, dipasang
kolostomi permanen sejak 5 hari yang lalu karena mengalami Ca. Colon Sigmoid.
Ketika ners mengganti kantong kolostomi Nn. Zulayka mengatakan “Saya sangat
tidak percaya diri atau malu karena ini. Bagaimana orang akan melihat hal ini?”
Ia menghindari untuk melihat stoma dan menutup mata dengan tangan
Identifikasi: Menurut kami, konspe diri yang terganggu
adalah Citra tubuh, karena dia tidak percaya diri akan tubuhnya yang tidak
sesuai dengan yang dia inginkan.
2. Kasus
B
Ny. Rere 53th, hemiplegia sisi kanan
mengatakan “walaupun saya rajin datang ke pusat rehabilitasi untuk belajar cara
melakukan pekerjaan rumah tangga, suami saya yang malang masih harus banyak
membantu saya dalam memasak dan membersihkan rumah.”
Identifikasi: Menurut kami, konsep diri yang terganggu
adalah Peran, karena Ny. Rere belum bisa menjadi seorang istri dan ibu rumah
tangga sesuai yang diharapkan suaminya.
3. Kasus
C
Adi seorang mahasiswa tingkat I DIII keperawatan. Ia mengaku selalu
hadir mengikuti kuliah dan selalu belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh
meski hari libur atau akhir pekan. Namun prestasinya tidak memuaskan ayahnya
yang mengharapkan nilai A disemua mata kuliah. “Saya sulit memenuhi harapan
ayah saya, Ia selalu menganggap saya tidak sehebat kakak saya.”
Identifikasi: Menurut kami, komponen konsep diri yang
terganggu adalah Harga Diri, karena Adi telah menjalankan perannya sebagai
mahasiswa dengan baik namun ayahnya tetap membandingkan Adi dengan kakaknya.
Hal ini membuat Adi merasa harga dirinya lebih rendah oleh kakaknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri merupakan citra mental individu.
Konsep yang positif penting untuk kesehatan mental dan fisik individu. Individu
ang memiliki konsep diri positif lebih mampu mengembangkan dan mempertahankan
hubungan interpersonal dan lebih tahan terhadap penyakit psikologis dan fisik.
Individu yang memiliki konsep diri yang kuat seharusnya lebih mampu menerima
atau beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi sepanjang hidupnya.
Individu yang menganggap “cara saya memandang
diri saya” lebih penting daripada “cara orang lain memandang saya” disebut me-centered (berpusat pada diri
sendiri). Sebaliknya, orang yang sangat other-centered
(berpusat pada orang lain) sangat membutuhkan persetujuan dari orang lain dan
berusaha keras untuk mewujudkan harapan orang lain, membandingkan, bersang, dan
mengevaluasi diri mereka terhadap orang lain.
B. Saran
Menurut kelompok kami, sebagai perawat kita harus memahami setiap konsep
diri yang sudah melekat disetiap orang. Kita harus mampu menyeimbangkan
bagaimana harus bertindak antara pasien yang memiliki konsep diri yang positif
dan pasien dengan konsep diri yang negative agar tidak terjadi kesalahpahaman
antara perawat dan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kozier, Barbara, dkk. (2010). Fundamental Keperawatan volume 2. Jakarta:
EGC

0 komentar:
Posting Komentar
Thank you for visiting my blog. See ya!