Kampanye
a story by
Kawaguchi Ryuumei
.
Naruto by Masashi Kishimoto
.
NB:
Saya
menyarankan untuk lebih dulu membaca fic Kontroversi Hati.
.
Kali ini, Sasori, Sakura, Ino dan Sai
berada di sebuah taman hiburan bernama Konoha Land. Sebuah taman hiburan yang memiliki
banyak wahana menantang adrenalin namun banyak juga wahana yang ditujukan untuk
bersantai-santai. Sudah pukul sembilan pagi ketika mereka sampai di Konoha
Land. Letaknya yang agak jauh dari mansion memaksa mereka untuk berangkat satu
jam lebih awal agar saat membeli tiket tidak mengantri.
Di Konoha Land mereka juga berjanji
untuk bertemu dengan Sasuke, Karin, Naruto dan Hinata. Pasangan paling popular dan
pasangan paling aneh di kampus mereka. Sama halnya dengan Ino, Sai dan Sasori,
Sakura yang termasuk dalam jajaran pasangan popular juga. Pasangan-pasangan
muda itu akan mengadakan date bersama
untuk menyambung tali persahabatan mereka yang sudah terjalin selama lebih dari
lima tahun.
Penampilan mereka sangat sederhana
dan cocok untuk tempat yang mereka kunjungi saat ini. Tak glamour seperti
anak-anak muda pada umumnya. Ya, memang dari dulu mereka menerapkan kesederhanaan
dalam hidup mereka agar tidak terlalu mencolok. Padahal mereka adalah anak-anak
yang dilahirkan dalam keluarga yang cukup terpandang.
Saat mereka hendak menaiki Roller Coaster, dari kejauhan mereka
melihat banyak sekali orang-orang sedang berkumpul. Jika dilihat dari kumpulan
orang-orang yang membawa poster dan slogan-slogan khas politik, empat pasangan
itu bisa mengasumsikan kalau sedang ada kampanye di sini. Tapi yang membuat
mereka heran, kenapa di taman hiburan seperti ini diizinkan untuk mengadakan
kampanye? Dan, kenapa pula pemilik tempat ini mengizinkannya?
Simpan pertanyaan itu untuk nanti.
Karena penasaran, empat pasangan muda
itu menghampiri kerumunan orang-orang itu. Di sana, mereka melihat seorang
lansia yang sebelah matanya tertutup sedang menyampaikan pidatonya. Ia
mengenakan jas formal membuat gesture tubuhnya terlihat lebih tegas meskipun
umurnya tak lagi muda. Jika diperhatikan dari wajahnya, orang ini tampak
arogan, tak mau kalah. Dagu tingginya mempunyai tanda luka seperti huruf x.
Mata sipitnya tampak tajam meskipun kerutan-kerutan sudah tampak jelas disana.
Sakura yang saat itu sedang bersama
Ino bertanya pada gadis Yamanaka itu.
“Ino, kau mengenal orang itu? Aku tak
pernah melihatnya sebagai anggota politik di Konoha,” tanya Sakura setengah
berteriak karena suaranya teredam dengan suara-suara lain.
“Aku tak begitu mengenalnya, tapi
yang aku tahu, orang itu bernama Danzou. Politisi daerah Oto. Kau tanyakan saja
pada Naruto, dia pasti lebih tahu,” usul Ino.
“Sakura, Ino, sebaiknya kita pergi
dari sini. Tiga manusia kutub itu takkan tahan dengan keramaian,” kata Karin.
Mengutuk tiga makhluk dingin yang sekarang sedang mengobrol di tempat yang agak
sepi. Padahal salah satu dari mereka adalah kekasihnya sendiri, Uchiha Sasuke.
“Baiklah, tapi ke mana Naruto dan
Hinata?” tanya Sakura.
Karin mengendikkan bahu. “Tak tahu,
mungkin Naruto sedang mencekoki Hinata dengan politik di sana,” ucapnya.
“Yasudah, ayo.” Kata Ino lalu menarik
kedua sahabatnya.
Baru saja tiga langkah mereka
beranjak, telinga mereka mendengar kata-kata ganjil yang berasal dari politisi
lansia itu.
“My name is Danzou, fifty my age. I’m froms the birthday is in Oto….”
Ketiga gadis itu berhenti dan
memandang satu sama lain. Mereka bingung dengan kosakata aneh yang terlontar
dari bibir politisi itu. Gadis-gadis itu menoleh ketika suara Sasuke
menginterupsi pikiran koslet mereka.
“Ada apa?” tanya Sasuke. Ia datang
bersama dengan Sasori dan Sai. “apa ada yang hilang?” lanjutnya datar.
“Sasuke, kau mengerti apa yang
diucapkan orang itu?” tanya Karin sambil menunjuk Danzou.
“…i’m
have to my mind, I have to my said, I get to the everything…” suara itu
terdengar lagi.
“Orang itu terdengar seperti sedang
mabuk, mana ada bahasa Inggris seperti itu?” kata Ino. Setengah tertawa saat
mendengar gaya bahasa ngawur Danzou.
“Mungkin dia hanya ingin mempersuram
diksi bahasa Inggris,” celetuk Sai.
Sakura, Karin dan Ino tertawa saat
Sai berkata seperti itu. Mempersuram katanya. Bahkan kata-kata itu lebih lucu
dari pada kata harmonisisasi yang diucapkannya ketika makan siang dua hari
lalu. (Baca fic Kontroversi Hati)
“Kau tanyakan saja pada si Dobe, aku
tak begitu paham politik,” kata Sasuke datar.
“….if wanna come to inpest, xxxxx to my place…” suara berat Danzou
terdengar lagi.
“Aduh, bahasa
macam apa lagi itu? Aku semakin pusing mendengarnya,” kata Sakura sambil
menepuk dahinya.
Sasori yang ada di sampingnya mengelus
pucuk kepala Sakura. “Orang seperti itu hanya mempertakut orang yang
mendengarnya,”
Sakura menjauhkan tangan Sasori dari
kepalanya saat mendengar kata ‘mempertakut’. Mengingatkannya pada seleb dadakan
dengan gaya bicara semaunya. “Heh, kau tertular gaya bicara tunangan artis itu
ya? Bahasamu aneh begitu?” protes Sakura.
“Tidak, aku hanya menirukannya.”
Cetusnya sambil menyeringai saat melihat Sakura merengut kesal.
“Sama saja, baka.”
Ino dan Karin terkekeh geli melihat
Sakura dan Sasori yang kembali berdebat seperti biasa. Sedangkan Sasuke dan Sai
hanya mendengus geli.
“Kontroversi hati kalian tak pernah
selesai rupanya,” kata Ino terkekeh.
“…America,
Europe and everything Japanese and Asia, I’m ready for xxxx….”
Suara pria tua itu terdengar lagi.
Masih dengan gaya bicara sok intelek yang membuat pasangan-pasangan muda itu
pusing. Tapi anehnya, orang-orang yang mendukung Danzou sama sekali tak
menyadari bahasa aneh yang terlontar dari orang tua itu. Mereka masih saja
mengelu-elukan nama Danzou dengan riang. Mungkin sampai suara mereka habis
sampai batasnya.
“…I
wanna give to the fresh and glory to my people. It is Konoha Satu, Konoha yang
maju dan cerdas…”
Ino, Karin dan Sakura tertawa
terbahak-bahak saat mendengar kalimat terakhir yang bercampur dengan bahasa
Jepang. Terdengar lebih aneh dari sebelumnya. Lebih menggantung bahkan lebih
ngawur dari pada yang sebelumnya.
“Hoy, kalian di sini rupanya.” teriak
Naruto agak jauh sambil menggandeng Hinata. “aku mencari kalian ke mana-mana
ternyata malah tertawa bersama di sini. Ada apa sih?” tanyanya penasaran.
“Kau pasti mendengarnya, Naruto,”
kata Sakura sambil menyeka air mata karena terlalu banyak tertawa.
Naruto mengernyit bingung. “Mendengar
apa?”
“Itu,” tunjuk Sakura. “Orang yang
sedang berpidato dengan kosakata ngawurnya.”
Naruto mengikuti arah telunjuk lentik
Sakura yang mengarah pada Danzou. “Oh orang itu!” seru Naruto.
“…Saya
akan meningkatkan konspirasi kemakmuran Konoha agar tidak lagi mengalami labil
ekonomi…”
Seketika teman-temannya menoleh
dengan tatapan bertanya. Minus Ino dan Karin yang masih asyik tertawa sambil
menyeka air mata.
“Aku mengenalnya. Namanya Danzou.
Tidak perlu heran dengan kosakatanya yang ngawur. Saat di Oto pun dia berlagak
sok intelek dengan menggunakan bahasa Inggris saat kampanye. Tou-san sendiri yang bilang begitu saat
ia mengikuti kampanye Danzou di Oto,” terang Naruto.
Ayah Naruto adalah seorang Gubernur
di Konoha. Jadi tidak heran jika Naruto sangat menyukai politik dan mengenal
siapa-siapa saja politisi yang berteman dengan ayahnya karena terkadang ia
turut di kenalkan pada petinggi-petinggi itu. Bahkan terkadang Ino dan Karin
juga ikut menemaninya karena mereka bertiga masih mempunyai hubungan darah.
Naruto tertawa saat mengingat
bagaimana ayahnya bercerita tentang Danzou saat kampanye. Gaya bicara sok
intelek dan anehnya petinggi-petinggi disana malah mengucapkan selamat pada
Danzou saat ia telah menyelesaikan pidatonya. Entah mereka tidak sadar atau
memang sengaja agar Danzou merasa tersindir,
Naruto tidak tahu. Yang jelas
ketika ia mendengar cerita ayahnya, tawanya langsung meledak tak terkendali.
“…Saya
akan memberikan dedikasi apresiasi yang tinggi pada Konoha jika saya terpilih
dalam pemilu tahun ini. Sekian,”
Naruto, Ino, Karin dan Sakura saling
berpandangan saat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Danzou. Sekali
lagi, mereka dibuat bingung dengan kata-kata itu. Tak lama kemudian, pecahlah
tawa mereka sehingga membuat orang-orang yang melihat mereka mengernyit heran.
“Kurasa ia memang sengaja mempersuram
diksi bahasa Inggris dan mempertakut orang-orang yang mendengarnya,” gumam Sai
cukup keras.
Dengan kalimat Sai itulah, tawa empat
orang itu semakin menjadi-jadi tanpa bisa dihentikan oleh kekasih mereka
masing-masing.
.
FIN
*evil smirk* gimana? Ga nyambung kan?
*dibejek*
Ini sequel dari Kontroversi Hati.
Maaf kalo feel nya masih belum dapet. Di fic ini saya emang ga mikirin feelnya,
yang penting imajinasi saya tersalurkan *bahasamu ndooo*. Gomen kalo ada yang
gasuka pairing SasuKarin disini. Saya kesian aja sama Karin kalo jadi antagonis
mulu. Karin itu kan cantik, jadi ga salah kalo sesekali di pasangin sama Sasu.
Dan mungkin di setiap fic saya karakter Karin selalu protagonist. Mungkin loh
yaaaa…

0 komentar:
Posting Komentar
Thank you for visiting my blog. See ya!